Pentingnya Vitamin A

Kurangnya vitamin A pada balita secara klinis sudah tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 propinsi tahun 2006, diketahui prevalensi xeropthalmia pada balita sebesar 0,14%. Namun menurut studi yang sama diketahui ada sebanyak 14,6% anak balita dengan kadar serum retinol < 20 µg/dl, dan cakupan kapsul vitamin A secara nasional pada umur 6 – 59 bulan hanya sebesar 69,8% (Riskesdas, 2010). Temuan ini merupakan indikasi bahwa kekurangan vitamin A subklinis apabila tidak di atasi dapat menjadikan masalah kesehatan masyarakat (15%). Selain itu pada beberapa propinsi di Indonesia telah ditemukan kasus-kasus baru KVA yang terjadi pada anak penderita gizi buruk, sehingga KVA masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia hingga saat ini.

Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia. Selain untuk kesehatan mata sebagai fungsi utama, vitamin A sangat bermanfaat untuk pertumbuhan, dapat membantu mempercepat penyembuhan luka, memperkuat daya tahan tubuh, membantu fungsi reproduksi dan sel-sel syaraf.

Umumnya asupan vitamin A dari makanan masyarakat Indonesia khususnya balita masih sangat rendah, menurut data studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 propinsi tahun 2006 diketahui bahwa asupan vitamin A balita yang berasal dari makanan hanya memenuhi 20% AKG. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tubuh, akan vitamin A, masih diperlukan asupan vitamin A dari sumber lain selain makanan.

Pada anak balita akibat KVA akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudahnya terkena penyakit infeksi seperti campak, diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian. Akibat lain akan berdampak palin dari Kva adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia) dan kebutaan.

Ibu nifas yang cukup mendapat vitamin A akan meningkatkan kandungan, vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui  lebih kebal dari penyakit. Disamping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih. Upaya perbaikan status Vitamin A harus dimulai sedini mungkin pada masa kanak-kanak terutama yang menderita KVA

Komitmen global pada Millenium Development Goal 2000 dan Health For All In The Twenty-First Century 1998, Fit For Children 2002, di sepakati bahwa eradiksi kemiskinan akan kelaparan akan menjadi setengahnya pada tahun 2015 serta peningkatan kesehatan dan status gizi ibu dan anak. Bali Consensus on Partnership – whit and for children in the East Asia dan Pacific Region 5-7 Mei 2003 menyebutkan bahwa masa kritis anak terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Kurang gizi pada anak selama periode kritis tersebut beresiko dan berdampak negatif pada kelangsungan hidup anak selanjutnya.

Hasil pertemuan international vitamin A Consultative Groups (IVACG) pada Februari 2003 di Maroko, merekomendasikan pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali @200.000 SI untuk ibu nifas perlu diterapkan dalam program. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan panduan yang berisi informasi yang berkaitan dengan vitamin A untuk praktisi kesehatan di lapangan.

Referensi:

Kementerian Kesehatan RI Direktorat jenderal Bina Gizi dan KIA. Apa dan Mengapa tentang Vitamin A Pamduan Praktis untuk Praktisi Kesehatan. 2011